Langsung ke konten utama

SEJARAH HMI

SEJARAH PERJUANGAN HMI

Pendahuluan

Adalah suatu keharusan bagi seorang kader organisasi untuk mengetahui lembar-lembar sejarah organisasi masa silang dengan menyoroti moment terpenting dalam kelahiran dan dinamikanya. Namun bukan cuma itu, sebab anggapan akan selalu muncul dengan ketidarelevanannya dalam memahami makna serpihan-serpihan peristiwanya. Hal ini dimaksud untuk melihat krisis segi kelebihan dan kekurangan masa lalu, sehingga kemudian dapat dijadikan batu pijak dalam menentukan garis perjuangan saat ini dan masa yang akan datang.
Demikian pula dengan HMI, telah banyak diulas bagi berbagai segi pandangan oleh para pengarang baik dari kalangan HMI sendiri maupun dari luar HMI, yang terakhir ditulis oleh seorang tokoh Kristen yaitu DR. Viktor Tanja untuk meraih gelar doctoral pada Harvard Seminary Foundation, USA.
Sesungguhnya apa yang dipaparkan di sini dengan keterbatasannya tidaklah cukup untuk mengungkapkan keseluruhan peristiwa dengan sejela-jelasnya, maka dari buku-buku yang telah ditulis oleh orang-orang terdahulu tentang “Sejarah Perjuangan HMI” terutama yang ditulis oleh sejarahwan HMI, Drs. Agus Salim Sitompul tidak bias ditinggalkan begitu saja dan itu adalah pelengkap tulisan ini.

2. Situasi Dunia Islam

HMI sebagai organisasi berdasarkan Islam, tentu saja dalam membcarakan kesejarahannya tidak lepas dari situasi dan kondisi duia Islam. Hal ini segabai konsekuensi logis, sebab Islam dijadikan sebagai dasar organisasi, maka Islam dalam organisasi HMI menjadi sumber inspirasi dan aspirasi sekaligus motivasi perjuangan HMI.

2.1. Masa Kelahiran Islam dan Kepemimpinan Muhammad SAW
Mulai pertama Islam dating, situasi umat sedang dalam puncak kekacauan dan berada di tepi jurang kehancuran. Dalam catatan sejarah, situasai ini dikenal dengan masa jahiliyah, yang secara bahasa berarti kebodohan karena tenggelam dalam keterbelakangan dan kebiadaban serta tidak didasari dengan norma-norma dan nilai kesopanan. Petunjuk ke mana mereka harus berjalan dan sampai kapan mereka harus berhenti belumlah diketahui.
Turunnya perintah dan larangan Tuhan yang sudah ratusan tahun secara biadab mereka tinggalkan, dan diganti dengan bentuk kepercayaan dan ritual-ritual yang telah dipalsukan oleh pimpinan-pimpinan jahiliyah yang haus akan kekuasaan. Dalam puncak kebiadaban umat itulah, Allah SWT melimpahkan kasihNya sengan mengutus seorang Nabi yang bernama Muhammad bin Abdullah. Tugas yang diberikan kepadanya adalah mengubah tatanan masyarakat yang tidak beradab pada tatanan masyarakat yang berakhlakul karimah. Dengan perkataan lain tugas yang diembannya adalah mengubah tatanan kebiadaban dan keberingasan masyarakat dengan pancaran kebenaran, keadilan dan kasih sayang dengan hidup saling membantu yang didasarkan pada keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Islam dating dengan konsep keillahiannya, membawa ruh kebenaran membawa manusia dari rasa takut menuju kemerdekaan dan mengarahkannya kepada hidup yang damai lagi tentram.
Semua pengamat sejarah mengagumi semua ketentuan dan kecermatan Nabi Muhammad di dalam membimbing umat manusia untuk mencintai dan menjunjung tinggi musyawarah. Para pengikutnya tidak dibedakan antara yang bangsawan dengan yang budak, yang kaya dengan yang miskin. Zaid bin Tsabit seorang budak dimerdekakan dan diangkat menjadi sekretaris pribadi, beliau (Zaid) sejajar dengan Utsman yang hartawan dan sejajar dengan Ali yang bangsawan.
Michel Hart, seorang sejarawan Amerika dengan bukunya ‘Seratus Tokoh berpengaruh di Dunia” meletakkan Nabi Muhammad dalam urutan pertama. Kepemimpinan yang dijalankan oleh Nabi lebih ditekankan kepada Lisanul Hal, kesederhanaan sebagai seorang pemimpin nampak dalam kehidupan beliau, baik sebelum maupun di saat mengemban Risalah Kenabian.

2.2. Masa Kejayaan Islam
Sejarah mengalami beberapa pergantian kepemimpinan sepeninggal nabi Muhammad. Umat Islam berusaha menyiarkan ajaran Islam sehingga kita mengenal masa perluasan kekuasaan. Masa perluasan terjadi pada zaman Imperium Umayyah, yang mengarah ke Barat dengan jalan peperangan dan ke Timur dengan jalan perdamaian atau lebih nampak sebagai uapaya akulturasi budaya.




Pada zaman ini perkembangan ilmu pengetahuan yang bersifat rasional sangat sedikit. Hal itu disebabkan oleh perkembangan pemikiran keagamaan lenih kuat, sehingga ilmu-ilmu yang bervisi agama banyak dikembangkan seperti ilmu hadits, tafsir dan ilmu-ilmu lain. Persoalan lain yang mempengaruhi adalah ketertutupan golongan Muawiyyain terhadap dunia luar (budaya luar) terutama kebudayaan Persia, Yunani dan kebudayaan lain yang timbul oleh kemampuan rasio.
Pada perkembangan lebih lanjut, setelah tenggelamnya Imperium Umayyah lahirlah Imperium ‘Abbayiyah yang nampak lebih terbuka dengan anasir-anasir kebudayaan lain seperti Persia, Yunani dan Romawi. Keterbukaan ini membawa implikasi inovatif aspiratif bagi proses pembentukan iman dan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Terjadinya proses interaksi budaya antara budaya Islam dengan budaya asing membawa pola pemikiran baru yang lebih bersifat rasional dalam memahami teks Al-Qur’an sehingga banyak ditemukan konsep-konsep baru tentang ilmu pengetahuan yang sesuai dengan konsep Al-Qur’an. Pada zaman ini kita bias kenal Jabir al Khawarizmi, Yunus al Misri, Ibnu Sina, Al farabi dan masih banyak lagi.

2.3. Masa Kemunduran Islam
Kejayaan Islam yang dicapai pada waktu itu ternyata membuat banyak kalangan orang Islam menjadi kejangkitan inyelektual kegengsian (Urgention Intelectual). Merasa tinggi dengan apa yang dimiliki, merasa bangga dengan kemampuan yang ada dan merasa cukup dengan apa yang ada. Kemajuan Islam ternyata membawa petaka bagi umat Islam sendiri. Kemunduran Islam ditentukan oleh dua factor, yaitu factor intern dan factor ekstern.
Faktor Intern umat Islam tersebut adalah mundurnya tata nilai etik umat Islam (dekadensi moral). Timbulnya sekularisme yang membuat umat Islam berfikir sektoral, merajalelanya ulama dan ilmuan pesanan (bayaran) dan yang paling parah lagi adalah mereka yang tidak lagi berpegang pada Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai referensi mutlak (pedoman) bagi umat Islam. Oelh sebab itu timbullah Khurafat dan Bid’ah atau pemikiran-pemikiran sepihak yang diatasnamakan agama.
Faktor Eksternal, banyak ditimbulkan oleh kekalahan umat Islam terhadap umat Non Islam dalam peperangan, seperti jatuhnya Imperium Baghdad oleh bangsa Mongol pada tahun 1258 M dan kekalahan umat Islam Spanyol dari Raja Ferdinan dan Isabela dari negeri Castelia pada tahun 1492 M. kekalahan disebabkan oelh lemahnya umat Islam pada waktu itu yang selalu berperang dengan kawan sendiri. Kekalahan itu tidak hanya diterima secara territorial dan militer, akan tetapi juga kekalahan di bidang ilmu pengetahuan, sebab segala bentuk kitab dan macam-macam ilmu pengetahuan diboyong ke negeri pemenang sehingga secara total umat Islam hancur.

3. Dunia Baru Islam

Kekacauan politik juga berakibat pula pada kekacauan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Orang tidak mau lagi mendapatkan kebenaran sendiri. Penelaahan terhadap kebenaran selalu berkiblat pada hasil karya nenek moyang yang banyak diliputi oleh tatanan tradisi yang mengakibatkan matinya kemerdekaan berfikir. Yang muncul adalah semangat mengekor yang berakumulasi denga situasi dan kondisi, maka berlakulah sabda Nabi : maka kaum akan diperlakukan sesuai dengan kualitasnya.
Pada abad XIII M timbullah gerakan pembaharuan, dimana pada waktu itu umat Islam dalam kondisi stagnasi, karena akibat praktek politik yang dekaden. Sehingga umat Islam lari kepada gerakan-gerakan kebatinan (sufi). Andai kata dicari pembaharu Islam, tentunya adalah Ibnu Taimiyah. Pembaharuan yang dilakukan selain menangkal sufisme juga masalah fiqih untuk meluruskan dan mengembalikan pemahaman Islam yangh benar. Sufisme sebemarnya baik, namun karena kecenderungannya yang menarik diri dari kehidupan duniawi, maka ia takubahnya seperti lahan subur bagi tumbuhnya praktek-praktyek Tahayyul dan ini harus dibasmi. Gerakan ini dalam perjalanannya belum berhasil mengubah perilaku umat Islam pada saat itu, kendatipun Ibnu Qiyyim melanjutkan cita-citanya. Kemudian pada abad XVII M di Jazilah Arab timbul lagi gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul wahab yang kemudian gerakan ini dikenal dengan garakan Wahabiyah, namun gerakan inipun juga tenggelam.
Pada abad XIX M muncul seorang reformis yaitu Jamaluddin al Afghani yang berusaha menyatukan umat Islam sedunia dalam Federasi Pan Islamisme yang merdeka dan sejalan dengan peradaban Barat. Gerakan ini nyatanya mampu memberikan pengaruh yang luar biasa dalam dunia Islam, yang dikemudian hari muncullah kader-kader seperti Muhammad Abduh di Mesir dan Ahmad Khan di India. Gagasan Jamaluddin ini ditopang dengan ideology-ideologi Muhammad Abduh (abad XX) dimana ia mendorong umat untuk menjelaskan dan menafsirkan ulang doktrin-doktrin Islam dalam bahasa yang diterima oleh pikiran modern. Dengan berusaha menjembatani tradisionalisme dan



modernisme dengan upaya reformasi di bidang pendidikan, maksudnya untuk mengangkat umat Islam pada taraf yang sama dengan intelektual barat.
Belakangan hari, ajaran Muhamad Abduh didukung oleh muridnya M. Rasyid Ridlo dengan gerakan Salafiyahnya yang dengan tegas menolak untuk berbaik-baik terhadap gagasan modern barat dan sebaliknya ia bertumpu kepada cara kaum fundamentalis yang tegar di dalam menafsirkan doktrin-doktrin Islam.

4. Islam di Indonesia

Islam dating ke Nusantara tidak dalam vakum kebudayaan, karena penduduknya saat itu masih mempunyai peradaban tertentu, yaitu berdasar kepada kebudayaan yang asli dengan penyerapan pengaruh peradaban Hindu-Budha dari India. Namun penyebarannya tidak merata. Di Jawa penyerapan ini sudah tebal dan mendalam serat mengakar ke bawah. Di tempat lain, seperti di Sumatra serapan ini baru merupakan lapisan tipis di permukaan saja, sedangkan di tempat lain belum terjadi penyerapan kultur buadaya Hindu-Budha. Maka, Islam harus berhadapan dengan kenyataan adanya keanekaragaman peradaban itu. Terjadilah kemudian dalam panggung sejarah apada yang oleh sejarawan Arnals J. Toymbe disebut Encouter of Civilition yaitu bertatap muka dan bertemunya peradaban. Dalam proses saling mempengaruhi itu berlakulah hokum siapa yang membawa cita-cita lebih benilai, lebih progresif dan dapat mempraktekkan lebih unggul biasanya akan lebih unggul keluar dari Encouter of Civilition tersebut. Dalam pada itu Prof. W. F. Werthein dalam bukunya Indonesian Society in Transition mengatakan bahwa ajaran yang dating ke Indonesia telah merombak struktur feudal masyarakat Indonesia, dari system kasta menjadi system yang lebih demokratis dan karenanya lebih maju. Penyebaran Islam setapak demi setapak tanpa ketersinggungan perasaan dan bentrokan yaitu dengan cara penetrasi damai atau penetration paseigue. Dan ternyata Islam sangat berharga bagi proses transformasi social itu, sekalipun feodalisme kuno belum terkikis habis oleh kedatangan Islam, demikian dari ruslan.

4.1. Masa Penjajahan dan Masa Kemerdekaan
Akibat dari penjajahan yang berturut-turut ini oleh Belanda kemudian penjajah terdorong untuk meneliti ajaranajaran Islam yang sebenarnya serta watak pemeluknya di seluruh Indonesia karena Islam merupakan mayoritas pertama di Aceh. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya agar mudah dibendung, dikuasai dan ditaktukkan, minimal dijinakkan. Prof Snouch Horgonye seorang Islamolog dalam hal ini banyak memberikan nasihat (masukan) kepada pemerintah Belanda untuk menerapkan poktor devide at impera dikalangan umat Islam, dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya di bidang keagaan murni (ubudiyah), tetapi menolak di bidang politik dan kenegaraan, terutama menyangkut ide tentang khalifah, Pan Islamisme dan ide perang jihad.
Ternyata memang beberapa golongan Islam dapat dipecah belah dan dipatahkan oleh Belanda. Nampaknya atas kejadian tersebut bangsa Indonesia harus menempuh jalan baru dalam menghadapi kolonialisme Belanda yakni bukan dengan perlawanan dan pemberontakan senjata, tetapi dengan jalan organissai Modern. Maka lahirlah Serikat Dagang Islam yang akhirnya dikenal dengan serikat Islam (SI) pada tahun 1905. sebagai cermin Nasionalisme ekonomi di kalangan pedagang dan wiraswastawan yang kemudian tumbuh dalam nasionalisme politik yang religius, di kalangan urban Islam yangberakar dalam rural Islam. Agus Salim dan Cokro Aminoto aktif dalam SI (tahun 1925) menggerakkan pemuda dan pelajar dalam Jong Islamatin Bond agar pendidikan dan pelajaran barat yang dituntut tidak lepas dari nilai-nilai Islam. Sebelum tahun 1908 sebagai cermin nasionalisme cultural lahirlah Boedi oetomo dikalangan intelektua; radikal dan pada tahun selanjutnya timbul juga Muhammadiyah (1912), Persisi (1913), Al Irsyad (1914), NU (1926), PNI (1927). Adapun alasannya ternyata gerakan dalam tubuh umat Islam di Indonesia yang ditopang pula oleh pengaruh kemenangan Jepang terhadap Rusia (1908), maka tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia mengumumkan kemerdekaannya. Berkat kebulatan tekad itulah segenap lapisan rakyat dan bangsa Indonesia berjuang tanpa pamrih untuk mempertahankan kemerdekaannya.

4.2. Situasi Umat Islam sesudah Kemerdekaan
Bertempat di balai Muslimin, Jakarta 2 Oktober 1945, didirikan Organisasi Islam yang bergerak dibidang politik dan kemasyarakatn oleh kalangan angkatan muda Islam yang bernama Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) yang disponsori oleh KH. Wahid Hasyim dan Moh. Natsir. Dan tanggal 3 Nopember 1945 pemerintah mengumumkan membolehkan berdirinya partai-partai yang ditandatangani oleh Wapres Moh. Hatta, maka bertempat di gedung madrasah Mualimin Yogyakarta



tanggal 7 Nopember 1945 dilangsungkan Muktamar Umat Islam Indosesia I yang diikuti oleh seluruh partai-partai dan organisasi islam Indonesia.
Keputusan yang dikeluarkan dalam Muktamar itu antara lain :
a. mendirikan suatu parpol Islam yang bernama Masyumi
b. Masyumi adalah satu-satunya parpol Islam dan tidak mendirikan parpol Islan lain, selain masyumi
c. Masyumilah yang akan memperjuangkan nasib umat Islam di bidang politik.
Telah terkabullah cita-cita Islam untuk merealisasikan persatuan dan kesatuan umat Islam dalam suatu Iamamh dan jama’ah.

4.3. Situasi Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan
Dampak dari penjajahan Belanda seperti diuarikan di muka, yang menyebabkan dunia pendidikan dan kemahasiswaan di Indonesia telah tercekoki oleh unsure-unsur dan sosok pendidikan Barat yang mengarah pada sekulerisme dengan meninggalkan agama, di setiap aspek kehidupan umat manusia. Kenyataan memang menunjukkan bahwa kehidupan kemahasiswaan berada dalam krisis keseimbangan, dimana iman dan ilmu tidak ada keserasian. Demikian alam dan situasi kehidupan pendidikan di Indonesia sebelum kehadiran HMI.
Di pihak lain sebelum lahitnya HMI telah berdiri Perserikatan Mahasiswa Islam (PSI) yang dalam anggaran dasarnya dengan tegas menyatakan bahwa organisasi ini berdasarkan non agama dan non politik, dasar pertama tentu sangat bertentangan dengan Islam. Sedang dasar kedua, non politik memang pada prinsipnya semua organisasi kemahasiswaan itu non politik. Di Surakarta terdapat Serikat Mahasiswa Islam (SMI) yang tokoh-tokohnya gembong PKI.
Kedua organisasi kemahasiswaan itu setali tiga uang, tak mengerti peluang terhadap perkembangan agama. Pemrakarsa berdirinya HMI pada waktu itu membayangkan bagaimana kehidupan mahasiswa-mahasiswa itu kelak sebagai calon sarajana dan pemimpin umat yang asama sekali tidak mendapat pengajaran agama Islam di bangku perkulaiahan. Betapapun kelak senadainya para intelektual yang semata-mata mengutamakan ilmu pengetahuan tanpa didasari oleh ilmu agama sama sekali, akan tampil sebagai tokoh masyarakat dan pemimpin bangsa. Pengalaman dan fakta menunjukkan dan sebagai saksi sejarah siapa yang dapat menguasai generasi muda dan cendekiawan pasti akan dapat menguasai masa depan bangsa.
Sekarang timbul persoalan, bagaiamana cara mengubah kondisi yang kurang menguntugkan itu? Sehingga tercipta suasana harmonis dalam dunia pendidikan dan kemahasiswaan yang semata-mata tidak mengutamakan rasio dan ilmu pengetahuan tetapi mutlak harus diimbangi jiwa dan semangat agama.
Dari problem ini, sejak Nopember 1945 timbullah gagasan di benak seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (UII), yang selama ini selalu mengikuti dan memperhatikan segala aspek dan aneka ragam kehidupan mahasiswa dan perguruan tinggi khususnya, maupun perjalanan sejarah rakyat dan bangsa Indonesia umumnya, untuk mendirikan organisasi mahasiswa sebagai alat perjuangan untuk mencapai cita-citanya. Tersebutlah nama Lfran Pane, ia adalah Ketua III SEMA STI bidang kemahasiswaan.

5. Detik-detik berdirinya HMI

Untuk mendirikan organisasi mahasiswa, lafran Pane tidak bekerja sambil lalu saja, ia meminta saran dan pemikirn Rektor STI, yaitu Prof. A. Kahar Muzakir. Dan pendukung idenya itu bukan sembarangan orang diikutsertakan, ia amat selektif sekali. Mengingat kebutuhan yang mendesak, Lafran Pane berjihad, mencari jalan keluar dari ketidakmengertian beberapa pihak tentang niat baiknya. Yaitu, bahwa organisasi ini memang harus didirikan. Memang sudah takdir Allah, disaat bapak Husaen Yahya yang memberi jam kuliah ilmu tafsir, memenuhi permintaan Lafran Pane, waktunya digunakan untuk rapat. Dan pada saat itu pula pada tanggal 5 Februari 1947 bertepatan dengan tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, secara formal semua peserta rapat menyetujui didirikannya organisasi mahasiswa Islam, yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang bertujuan :
1. Mempertahankan negara RI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam
Kemudian mengesahkan Anggaran Dasar HMI dan adapun ART akan dibuat kemudian hari. Dua peristiwa penting yang mengiringi kelahiran HMI pada waktu itu adalah :
Peringatan Maulid Nabi Muhammad tanggal 12 Rabiul Awal 1366 H
Sidang kabinet di gedung Agung Yogyakarta




Ternyata apa yang diputuskan mahasiswa-mahasiswa di STI dengan berdirinya HMI pada tanggal yang sama, dimana disebutkan bahwa HMI bertujuan mempertahankan Negara RI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia adalah sejarah dengan hasil kabinet tersebut. Berarti HMI selalu ada dan berada dalam timbul tenggelamnya Negara RI.

6. Reaksi terhadap berdirinya HMI

Gelombang yang pasang surut reaksi-reaksi yang dialami HMI adalah :

6.1. Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PIY)
Karena bagi Malino Ahmad (ketua PMY) merupakan tantangan untuk melebarkan pengaruhnya di kalangan mahasiswa dan cendekiawan yang saat itu dibutuhkan sekali, maka PMY (termasuk PSI) melancarkan propagandanya bahwa HMI pemecah belah mahasiswa. Rekasi ini bersifat ideologis, karena PMY yang jelas tidak beragama.

6.2. Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII)
Lafran pane adalah orang yang belum dikenal oleh Masyumi maupun GPII, dengan sendirinya dicurigai karena ada kekuatan Islam yang tumbuh diluar Masyumi. GPII yang pada waktu itu berorentasi kepada Masyumi secara spontan Ia memberikan realisasi atas kelahiran HMI. Isu yang dilancarkan oleh PMY temasuk oleh GPII ialah bahwa HMI merupakan pemecah pemuda dan umat Islam. Persoalannya pada Lafran Pane bukan karena tidak setuju dengan Masyumi dan GPII, tetapi yang urgen organisasi harus bersifat independen.

6.3. Pelajar Islam Indonesia (PII)
Kendati PII berdiri pada tanggal 4 Mei 1947 (lebih muda dari HMI), tetapi ia juga memberikan reaksi atas kelahiran HMI dengan motif yang hampir sama dengan GPII, karena anggota dan pengurus PII terdapat juga rekan-rekan dari GPII. Sikap tidak setuju ini mereka cetuskan dalam kongres I PII di solo tanggal 14-16 Juli 1947. Namun kemudian PII berubah sikap tatkala PII melakukan Konferensi besar I, di Ponorogo pada tanggal 4-6 November 1947. Setelah Lafran Pane diminta menjelaskan maksud dan tujuan serta latar belakang sejarah berdirinya HMI, yang pada pokoknya, bidang kemahasiswaan bukan merupakan bidang garap, bidang PII maupun GPII, karena ia mempunyai ciri tersendiri, untuk itu HMI hadir. Sehingga pembagian lapangan kerja dari berbagai aspek kemasyarakatan terlaksana. Sejak itu PII maupun GPII menerima dan memahami kehadiran HMI.

7. Fase-fase Perkembangan HMI

7.1. Fase Pengokohan (5 Februari s/d 30 November 1947)
Upaya yang dilakukan untuk memperkenalkan dan mengembangkan HMI waktu itu antara lain:
a. Cerama-cerama ilmiah dari pemimpin-pemimpin terkemuka
b. Memanfaatkan kongres PPMI di Malang pada tanggal 8 Maret 1947 untuk mencari dukungan HMI dari luar daerah. Berdirinya HMI cabang Klaten, Solo dan Malang.
c. Mendukung dalam kepengurusan PB HMI mahasiswa seperti lulusan STI seperti Mintateja mahasiswa FK UGM, kemudian muncul wajah baru, Achmad Tirto Sudiro, Ushuludin Hutangalung dan lain-lain.

7.2. Fase Perjuangan Bersenjata (1947-1949)
a. Tanggal 25 Mret 1947 ditandatangani perjanjian Linggarjati antara Belanda dan Indonesia
b. Tanggal 21 Juli 1947, Agresi Kolonial I, HMI bersama pemerintah dan rakyat melaqkukan perlawanan
c. Tanggal 17 januari 1948, terjadi perjanjian Renvil, HMI bersama Masyumi tidak menyetujui
d. Tanggal 18 September 1948 terjadi teror berdarah di Madiun oleh PKI melalui PPMI, HMI membentuk koprs mahasiswa dengan inti kesatuan tempur HMI yang berjuang bersama tentara siliwangi Jawa Barat melawan PKI. Dan pada saat itu pula, kekuatan yang dilancarkan “Ikrar 17 Agustus 1945” dalam tubuh umat Islam. Maka untuk mecakup semua lapanngan pekerjaan, pada tanggal 28 Desember 1945 di gedung seni seno Jogyakarta diadakan kongres muslimin Indonesia II setelah kemerdekaan, dihadiri 129 organisasi. Dan salah satu keputusan kongres menyatakan bahwa HMI sebagai organisasi Mahasiswa Islam.



Lembar-lembar baru telah terbuka dengan keeksistensian HMI ditenga umat bangsa Indonesia. Rupanya persatuan dan kesatuan ini tidak berumur panjang, karena praktek politik yang dedaken dikalangan umat Islam sendiri yang pada akhirnya Masyumi pecah.
1. Tanggal 30 November 1947 PERTI memproklamirkan diri sebagai partai
2. Tanggal 17 Juli PSII kembali berdiri sebagai partai
3. Tanggal 06 April 1947 NU memproklamirkan diri sebagai partai
4. Akhirnya Masyumi pun berdiri sendiri sebagai partai
Dampak dari kejadian ini mengovakan keutuhan perjanjian seni seno maka tumbulah Organisasi pelajar, Mahasiswa dan keguruan untuk kepentiangan-kepentingan partai tersebut.

7.3. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950-1963)
Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan HMI secara garis besarnya adalah;
a. Pembentukan cabang baru
b. Mimindahkan PB HMI dari Yokyakarta ke Jakarta
c. Menentukan atribut-atribut HMI
d. Menetapkan nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI
e. Pembentukan BAKDO (Badan Koordinasi) HMI tingkat promosi
f. Pembentukan lembaga-lembaga HMI
Adapun yang bersifat umum antara lain meliputi;
a. Pendayagunaan PPMI
b. Penegasan Idependen HMI
c. Mendesak emerinta agar mengeluarkan UU Perguruan Tinggi
d. Mendesak pemerintah agar pelajaran Agama diajarkan sejak SD sampaiPerguruan Tinggi
(secara terinci dapat dilihat pada buku “Sejarah Perjuangan HMI” karangan Drs. Agus Salim Sitompul, pada bab V, hal 98)

7.4. Fase Tantangan(1964-1965)
Sejak HMI melalui korps mahasiswa turut mengganyang PKI pada peristiwa Madiun 1948, dendam kusumat PKI sebagai front HMI tak kunjung padam. Karena itu ia memandang HMI sebagai Front islam terkuat sesudah Masyumi dan GPII. Maka dihembus-hembuskanlah niat jeleknya, baik melalui kaki tangan PKI maupun organisasi lain yang ia peralat untuk secepatnya menuntut pembubaran HMI. Namun Soekarno sebagai presiden RI mengatakn “Go Ahead HMI”, kenyataan akhirnya menunjukkan PKI-lah yang justru dilarang di Indonesia setelah peristwa 30 September.

7.5. Fase Kebangkitan HMI sebagai pelopor orde baru dan angkatan 66’(1966-1967)
a. Penumpasan PKI merupakan suatu momentum yang menguak fase baru memasuki perjuangan menuntut tegaknya keadilan dan kebenaran serta perbaikan ekonomi rakyat PPMI yang sudah ditunggangi PKI tidak bisa banyak bisa diharapkan untuk menyuarakan keinginan mahasiswa pada saat itu (yang akhirnya bubar), atas prakarsa ketua PB HMI Mar’ie Muhammad, pada tanggal 23 oktober 1965 untuk mendirikan KAMI yang dikenal dengan TRITURANYA-nya.
b. Setelah KAMI dibubarkan pada tanggal 27 Februar 1960 muncul KAPPI yang didirikan pada tanggal 27 Februari 1966 berperan sebagai penerus KAMI yang dipimpin oleh Husni Tamri(ketua PII)
c. Tanggal 4 maret 1966 didirikanlah lasykar Arif Rahman Hakim dengan komandannya Fahmi Idris (ketua HMI Jaya)

7.6. Fase Pembangunan Nasional (1969-sekarang)
Lahirnya babak baru dalam perjuangan bangsa Indonesia yakni Orde Baru, maka menuntut seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Semakin kompleksnya masalah pembangunan, baik sebagai akibat peningkatan harapan masyarakat terhadap kehidupan yang lebih baik maupun dampak negatif dari pilihan strategis dan pelaksanaan pembangunan mengharuskan kita untuk senantiasa berfikir kreatif terhadap masalah –masalah pembangunan maupun kemasyarakatan sehingga dapat melahirkan sikap bangsa terhadap pentingnya kualitas sumber daya manusia.
Sebagai organisasi kader, maka HMI dituntut untuk tanggap terhadap kecenderungan-kecenderungan ini, supaya HMI dapat berperaan Aktif dalam setiap pembangunan dan perkembangannya. Untuk itu tidaklah mengherankan jika HMI memberikan masukan yang berarti



(pada masa pembangunan ini) diantaranya yaitu, menyatakan (pernyataan) PB HMI tentang lembaga kepresidenan dan lembaga UUD1945 yang isinya menyatakan dukungan HMI kepada Sidang Umum MPR untuk menetapkan Jenderal Soeharto untuk menjadi Presiden dan tidak mengubah UUD 1945, karena saat ada usaha untuk mengubah UUD sehingga menggoyahkan kepemimpinan Nasional.
Di bidang pembinaan dan pembaharuan Umat, HMI memberikan masukan terhadap metode dakwah islam (1972), disamping itu juga memberikan masukan yang berarti mengenai undang-undang perkawinan (20 tahun untuk waita dan 25 tahun untuk pria).
Di bidang kepemudaan HMI bersama-sama organisasi yang lain membentuk kelompok Cipayung(HMI,PMII,GMNI,GMKI,dan PMKRI)sebagai wadah untuk menampung aspirasi pemuda sekaligus merupakan proses mendinamisasi kretifitas pemuda. Kelompok ini di bentuk tahun 1972.
Selain itu secara perorangan banyak alumni HMI yang duduk dipemerintahan, swasta, organisasi dan sebagainya. Dewan bidang kealian masing-masing untuk memberikan darma baktinya dan sumbangsihnya bagi pembangunan dan mengisi kemerdekaan RI.

8. Penutup

Apa yang telah dikemukakan itu adalah cermin perjuangan HMI pada setiap babak sejarah masa silam yang diperaninya. Itu semua diperbuat HMI tanpa pamrih semata-mata untuk kesejahteraan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Diakui atau tidak semua telah menjadi kenyataan dan hasilnya pun telah sama dirasakan dan dihayati oleh seluruh rakyat Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diagnosa Permasalahan Rambut Rontok secara Mandiri

Kini telah hadir sebuah web app yang siap mendiagnosa permasalahan rambut rontok dan botak, dilengkapi dengan pemberian hasil diagnosa dan solusi dari masalah rambut anda. Website spesialisrambut.com ini dipersembahkan oleh Green Technology. Merupakan unit support untuk produk Green Angelica dan Royalty Cosmetics di bidang IT. Rambut rontok sering kali menjadi sebuah kekhawatiran tersendiri bagi kita, karena akan mengurangi performa dari penampilan kita. Kekhawatiran ini akan bertambah bila kita belum menemukan solusi terhadap permasalahan rambut rontok ini. Padahal di sisi yang lain, rambut bisa jadi semakin rontok seiring dengan meningkatnya kekhawatiran atau stres kita. Sekarang hentikan semua kekhawatiran anda. Spesialis rambut sudah hadir, menjawab semua permasalahan rambut rontok dan botak. Anda hanya perlu mengisi form diagnosa via Web App, spesialis rambut akan mendiagnosa dan memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan anda. Hemat waktu dan biaya, tidak perlu mela

Isi Ulang Oksigen di Surabaya

Postingan kali ini hanyalah sekedar sekilas info tempat pengisian oksigen terbaik yang ada di Surabaya. Untuk tempat pengisian oksigen di Surabaya Timur, silahkan kunjungi Oke Oksigen di alamat: Jl. Pandugo I Blok PB no 21 Penjaringan Sari, Rungkut – Surabaya Namun google map memberikan alamat lama untuk Pandugo I Blok PB, yaitu Penjaringan Timur IV, yang seringkali juga menyesatkan supir ojek online. Demikian sekilas info dari kami.

Mengurus Kartu Kuning dan SKCK di Surabaya

Untuk mengurus Kartu Kuning sudah bukan lagi di Disnaker, melainkan di UPTSA (Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap) yang terletak di Jl. Menur, Surabaya tepatnya di belakangnya Samsat daerah Manyar. Persyaratan 1. Foto Copy Ijasah terakhir dilegalisir 1 Lembar 2. Foto Copy Transkip Nilai dilegalisir 1 Lembar 3. Foto Copy KTP 2 Lembar 4. Foto Copy Sertifikat yang dimiliki 1 Lembar 5. Pas Foto 2×3 2 Lembar Untuk SKCK, diurus di Polsek 1. Foto Copy Surat keterangan dari RT/RW/Kelurahan/Kecamatan setempat 1 Lembar 2. Foto Copy KK (Kartu Keluarga) 3. Foto Copy KTP 4. Pas Foto Berwarna 2 Lembar Tambahan SKCK untuk CPNS di Polrestabes Surabaya Jl. Sikatan 1. Surat Pengantar dari Polsek 2. Pas Foto 5 lembar (hasil foto di studio bukan foto editan, hasil scan-an, atau yang lain dengan kualitas gambar buruk). 3. Mengisi Formulir yang telah disediakan.